![]() |
Acara Pestapora di Taman Hiburan Pantai Kenjeran Sumber: Dokumentasi EcoPedia |
Gelombang semangat merayakan Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-732 terasa hingga ke bibir pantai. Surabaya Pestapora “Festival Tepi Pantai” yang digelar di Taman Hiburan Pantai (THP) Kenjeran dari 29 Mei hingga 1 Juni 2025 berhasil menarik perhatian warga. Musik menggema, aroma jajanan lokal menggoda dan tawa pengunjung menyatu dengan angin laut. Namun, di balik keceriaan itu muncul pertanyaan penting mengenai seberapa ramah lingkungan pesta ini.
Meski panitia rutin mengimbau pengunjung untuk menjaga kebersihan, kenyataannya masih banyak sampah plastik sekali pakai yang berserakan, mulai dari gelas minuman hingga kantong jajanan. Putri, salah satu penjual di area kuliner mengaku sudah berusaha mengurangi plastik dengan menggunakan paper bowl untuk dimsum-nya. Namun, ia masih memakai gelas plastik untuk minuman. “Harga kemasan ramah lingkungan masih tinggi, kalau semua harus bebas plastik, harga jual pasti naik dan belum tentu pembeli siap,” ungkap Putri.
Walaupun begitu, ia tetap mengapresiasi upaya panitia yang menyediakan tempat sampah dan rutin mengingatkan lewat pengeras suara. Akan tetapi, masih banyak pengunjung yang kurang peduli. “Kalau panitia kasih insentif atau edukasi lebih ke pengunjung, mungkin semua pedagang akan lebih mudah beralih ke sistem bebas plastik,” tambah putri.
Lian, salah satu pengunjung yang datang membawa tumbler sendiri, juga masih melihat banyak penggunaan plastik di festival. “Kalau stand-nya pakai kemasan bambu atau ramah lingkungan, aku pasti lebih tertarik beli di situ. Rasanya juga lebih bertanggung jawab,” ujarnya sambil tersenyum. Hal serupa disampaikan Ara, pengunjung lain yang sempat merasa jengkel melihat sampah menumpuk di meja. “Aku siap kalau festival ini mewajibkan bawa alat makan sendiri atau tumbler. Asal diberi tahu dari awal lewat pamflet atau media sosial, aku pasti dukung,” ujarnya.
Festival besar seperti ini semestinya tak hanya menjadi pesta hiburan, tetapi juga ruang belajar bersama untuk menerapkan gaya hidup ramah lingkungan. Perubahan perilaku tidak bisa berjalan sendiri. Ia butuh dukungan menyeluruh, mulai dari regulasi, insentif, hingga edukasi publik yang berkelanjutan. “Kalau panitia kasih fasilitas dan insentif, saya pasti mau seratus persen beralih ke sistem bebas plastik,” tegas Putri. Pernyataan itu menunjukkan bahwa perubahan menuju festival yang ramah lingkungan bisa terjadi asalkan ada kerja sama yang baik.
Hari Jadi Kota Surabaya tahun ini bukan sekadar perayaan bertambahnya usia kota. Ia juga menjadi pengingat bahwa kelestarian bumi harus dijaga bersama. Semua itu bisa dimulai dari hal sederhana, seperti satu gelas yang tidak lagi berbahan plastik. (key/dyn)
![]() |
Infografis Tantangan Pestapora (EcoPedia: Rifky) |