Sampah Menumpuk di Hutan Mangrove
Sumber: Dokumentasi EcoPedia

Saat bekelana ke ujung Surabaya, beberapa hutan mangrove dapat terlihat di 3 daerah salah satunya di Wonorejo, Rungkut, Surabaya. Hadir dalam berbagai macam jenis tumbuhan, Ekowisata Mangrove Wonorejo memberikan pengalaman menarik dengan memanfaatkan perahu mengelilingi sungai seisi hutan. 

Ismail, pekerja Ekowisata Mangrove Wonorejo, menghantarkan perjalanan diatas perahu sembari menjelaskan tanaman mangrove. “Mangrove itu kan tiap tanaman yang tumbuh di pinggir laut dan sungai ini namanya mangrove, tapi jenisnya kan beda-beda. Kalau yang di pinggir sungainya ini rata-rata soni rasia kasiarus”, ujar Ismail dengan mengarahkan mata ke kumpulan tumbuhan mangrove. Berdasarkan keterangan David selaku wakil dari pengelola ekowisata mangrove wonorejo surabaya, ada 3 jenis mangrove yaitu rizhopora mokronata, rizhopora stilosa , rizhopora apikulata. 

Selain itu, Ismail menambahkan peran mangrove dalam menjaga lingkungan adalah untuk mencegah abrasi dan banjir, serta menjaga habitat ikan dan burung. Senada dengan Ismail perihal fungsi mangrove, David mengatakan bahwa mangrove 5x lipat lebih bagus dalam penyerapan karbon dibandingkan pohon biasa. “Yang pertama mangrove itu sebagai green belt untuk mencegah abrasi, erosi, angin puting beliung, penyerapan karbon, penghasil oksigen sebagai pelindung dari pada bencana”, imbuh David

Baca juga: Tradisi, Lingkungan, dan Tanggapan Warga Mengenai Sampah Petasan Perayaan Hari Besar

Infografis Manfaat Pohon Mangrove (EcoPedia: Rifqi)

Sejauh mengitari sungai, kumpulan sampah menyangkut diakar bakau. Ismail resah akan sampah yang datang tidak hanya dari laut tapi juga dari sungai, hal ini biasa terjadi ketika air pasang.  "Kalau masalah sampah itukan bukan hanya dari laut saja mbak, kena air pasang nanti nyangkut di akar-akarnya mangrove. Jadi kalo ngatasi sampah itu ya diambilin mbak”, keluhnya sambil berharap agar masalah sampah segera selesai.

Lebih jauh dari perkataan Ismail, David lebih menonjolkan terkait edukasi yang dilakukan oleh Ekowisata Mangrove Wonorejo. Kegiatan menanam mangrove seringkali melibatkan institusi pendidikan, hal ini untuk meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan. “Kita itu wisata lebih mengedukasi kepada masyarakt, terus kita mengajak masyarakat dengan adanya penanaman mangrove, dengan adanya kegiatan kegiatan clean up dan segala macamnya menyadarkan masyarakat secara tidak langsung.”, jelasnya. 

Baca juga: Tradisi, Lingkungan, dan Tanggapan Warga Mengenai Sampah Petasan Perayaan Hari Besar

Di saat sampah menjadi masalah serius, ternyata Ekowisata Mangrove Wonorejo tidak mendapatkan dana APBD dari pemerintah. Wisata ini masih swadaya sehingga harus mencari dana sendiri dari penjualan tiket dan pelayanan lainnya. David mengatakan bahwa ekowisata mangrove ini menjadi swadaya masyarakat yang berhasil di Indonesia tanpa dengan dana APBD. Berbeda dengan Ismail yang berharap ada kesejahteraan bagi karyawan. “Kalau harapan pekerja sini semoga kembali ramai lah biar karyawan disini enak kerjanya, kalau sepi seperti ini mau naik gaji minta naik gaji kan gak berani karena sepi pengunjung”, sambungnya.

Setelah berjalan sedikit lebih jauh, beberapa pengunjung sedang memancing ikan di pesisir sungai. “Kita kesini ya ngeluarin uang dan lain lain lah yang banyak kita dapet malah sampah dari tadi”, ucap Dimas seorang mahasiswa semester akhir yang menyibukkan diri dengan memancing. Ia mendapatkan rekomendasi dari media sosial terkait tempat memancing di Mangrove Wonorejo. Ia berharap agar sampah sering dibersihkan agar selain ia tujuan berkunjungnya tercapai, yaitu mendapatkan ikan, ekosistem di wilayah mangroge tetap terjaga, “Mungkin bisa ini ya sering-sering dibersihkan ya ataupun ada banyak himbauan buat orang-orang yang datang kesini biar sampahnya itu dibawa balik lagi”(rif/dva)